Antara Syukur dan Sabar
Perjalanan
waktu, kita harus bisa mengelola timbangan amal dan dosa. Orang berbuat
baik karena orang tersebut memang baik, sudah fitrahnya. Sebagai
makhluk sosial, berbuat baik dengan sesama sebagai hal yang lumrah.
Orang
desa bersyukur dengan tidak merusak alam, mengambil kekayaan alam
sesuai kebutuhan. Mereka terbiasa sabar menghadapi kenyataan hidup,
menerima apa adanya, tidak kenal keluh kesah apalagi mengutuk keadaan.
Antar penduduk masih terjalin kerukunan, masih ada norma, adat
dijunjung. Kegiatan religi dilakukan sesuai kemampuan diri.
Interaksi
makna syukur dan sabar sebagai koridor dalam menyegerakan kebajikan.
Menjadi orang baik, karena terbiasa melakukan hal yang baik. Melakukan
kebaikan tidak sekedar alami, ditingkatkan sebagai kebutuhan. Melakukan
kebajikan dalam hubungan antar manusia tidak sekedar untung rugi, karena
urusannya dengan Allah. Kebajikan sebagai perwujudan niat yang hanya
untuk mendapatkan ridho-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar